Menyikapi Ancaman Resesi Global di Depan Mata dengan Data!

Issue resesi global semakin ramai. Yuk, simak bagaimana data dapat menjadi rujukan yang objektif dalam menyikapi issue global ini.

Bunga Dea Laraswati
Bunga Dea Laraswati

Table of Contents

Issue resesi global semakin ramai diperbincangkan, dampaknya ekonomi global akan porak-poranda. Banyak negara yang terdampak, salah satunya Indonesia. Dari banyaknya berita yang beredar, mungkin Anda kesulitan untuk mendapatkan pembahasan yang objektif yang diperkuat dengan dasar fakta berupa data.

Pada artikel kali ini, kami akan mengulas tentang ancaman resesi global berdasarkan data yang disajikan dengan visualisasi data yang mudah dipahami, sehingga nantinya dapat menjadi rujukan yang objektif dalam menyikapi issue global ini.

Resesi Mengancam Banyak Negara di Dunia

Survei yang telah dilakukan oleh Bloomberg menghasilkan poin bahwa terdapat 15 negara yang berisiko mengalami resesi, salah satunya Indonesia (peringkat 14).

Melalui survei tersebut disampaikan bahwa negara Sri Lanka menempati posisi puncak alias paling berpotensi resesi dengan persentase 85%. Kemudian posisi paling bawah adalah India dengan persentase sebesar 0%. Lalu bagaimana dengan Indonesia ? Yap, Indonesia menempati posisi 14 dengan persentase sebesar 3%.

Berdasarkan poin sebelumnya, memang risikoIndonesia hanya 3% dan memang hal ini sudah sesuai dengan kondisi neraca pembayaran, APBN, GDP, korporasi, masyarakat dan monetary policy. Kendati demikian, Indonesia tetap harus membuat antisipasi resesi karena negara-negara di dunia masih dibayangi resesi dan kenaikan Inflasi bahkan stagflasi (kondisi ketika perekonomian melambat dan disertai kenaikan harga) sangat nyata.

Sebagian Negara G20 Dilanda Inflasi Tinggi

Seperti yang kita ketahui, Indonesia menjadi Tuan Rumah G20 tahun 2022 dan kemarin telah berhasil melaksanakan puncak konferensi yaitu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)/Summit yang dihadiri berbagai pemimpin dunia. G20 sendiri merupakan forum kerja sama internasional yang beranggotakan 19 negara dan Uni Eropa. Kelompok ini mewakili sekitar 60% populasi dunia, 75% perdagangan internasional, dan 80% produk domestik bruto global sehingga melalui forum ini memiliki pengaruh signifikan bagi perekonomian global.

Kendati demikian, negara G20 umumnya sedang dilanda tekanan ekonomi akibat perang Rusia-Ukraina, yang telah mendorong naiknya harga pangan dan energi serta memicu laju inflasi tinggi. Negara G20 yang mengalami inflasi tertinggi pada Oktober 2022 adalah Turki dan Argentina, diikuti negara-negara di benua Eropa dan Amerika lainnya. Sedangkan anggota G20 dari wilayah Asia, seperti Indonesia, Korea Selatan, Arab Saudi, Jepang, dan Tiongkok, inflasinya tergolong paling rendah seperti terlihat pada grafik di atas. Salah satu peran nyata G20 terbesar adalah dukungannya dalam mengatasi krisis keuangan global 2008. Forum ini telah mengubah wajah tata kelola keuangan global melalui inisiasi paket stimulus fiskal dan moneter yang terkoordinasi, dalam skala sangat besar. Melalui G20 juga telah mendorong peningkatan kapasitas pinjaman IMF, serta berbagai pengembangan bank utama. Selain itu, G20 dianggap telah membantu dunia kembali ke jalur pertumbuhan, serta mendorong beberapa reformasi penting dalam finansial. Melalui peran G20 di masa lalu, besar harapan masyarakat global untuk kembali merasakan peran nyata G20 dalam membantu penanganan ancaman resesi di berbagai negara di dunia.

Tingkat Risiko Resesi Indonesia ada di angka 3%

Fundamental Perekonomian

Seperti yang sudah kita ketahui pada poin awal artikel, Indonesia dinilai memiliki peluang resesi yang kecil dibandingkan negara lainnya di asia pasifik, yakni hanya 3%. Ancaman resesi yang relatif kecil ini berkaitan erat dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang masih cukup kuat.

Fundamental ekonomi Indonesia ini tercermin mulai dari laju inflasi yang masih cukup terjaga di angka 4,35% (year on year/yoy) hingga Juni 2022, angka ini relatif jauh lebih rendah dibanding banyak negara lain yang dapat mencapai di atas 50%.

Kemudian kalau dilihat dari suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) BI7DRR juga masih bertahan di level 3,5% dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi dari dampak pandemi ini. Walaupun nilai tukar rupiah sudah terdepresiasi hingga menembus level psikologis Rp. 15.000 per dollar AS, namun pelemahan ini tidak separah mata uang negara lainnya.

Pertumbuhan ekonomi domestik juga masih baik yaitu di angka 5,01% (yoy) pada kuartal I 2022. Selain itu, cadangan devisa BI masih sebesar US$136,4 miliar hingga akhir semester I 2022. Dengan angka tersebut, masih cukup untuk melakukan impor dan membayar utang luar negeri pemerintah untuk 6,4 bulan ke depan.

Adapun ekonomi Indonesia diukur menurut besaran Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai Rp4,51 kuadriliun pada kuartal I 2022, dengan 53,65% ditopang oleh kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga. Artinya sektor pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi komponen utama dalam menjaga ekonomi Indonesia di tengah resesi ekonomi global.

Utang, Neraca Perdagangan, dan Keuangan Pemerintah Masih Terjaga

Utang pemerintah Indonesia mencapai Rp7,02 kuadriliun hingga Mei 2022. Meskipun secara nominal sangat besar, namun secara rasio terhadap PDB masih cukup terjaga, yakni mencapai 38%. Angka tersebut jauh di bawah rasio utang negara-negara lainnya yang mencapai 100%.

Neraca perdagangan Indonesia dengan seluruh negara mitranya sepanjang Januari-Mei 2022 juga mencatat surplus US$24,89 miliar. Surplus ini terutama didukung posisi Indonesia sebagai salah satu eksportir terbesar minyak kelapa sawit serta komoditas batu bara.

Begitu pula realisasi belanja pemerintah pusat sepanjang 5 bulan pertama 2022 mencatatkan surplus Rp132 triliun atau 0,74% terhadap PDB.

Melalui berbagai pemaparan sebelumnya terkait kemungkinan resesi, sekarang kita ingin melihat bagaimana sih tanggapan warga RI ?

Berdasarkan penelitian Continuum Data Indonesia, mayoritas masyarakat Indonesia tidak takut akan resesi ekonomi yang kabarnya akan melanda dunia pada 2023. Bahkan, para ekonom di Indonesia dan institusi-institusi seperti Bank Indonesia, bank-bank swasta, serta pemerintah mengatakan bahwa Indonesia tergolong aman dari kemungkinan resesi, jika ada pun kemungkinannya kecil. Pernyataan bahwa ekonomi Indonesia tergolong aman juga selaras dengan laporan-laporan ekonomi dari banyak lembaga keuangan dunia seperti International Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), dan World Bank. Di sisi lain, juga ada yang mengatakan bahwa Indonesia terancam resesi, contohnya seperti influencer yang membuat hal tersebut ramai.

Isu resesi yang ramai tersebut membuat sebagian masyarakat khawatir tentunya. Apalagi dunia (termasuk Indonesia) baru saja selesai dari pandemi yang membuat ekonomi sempat mandek. Berdasarkan data yang dikumpulkan Continuum dari 17 sampai 21 Oktober 2022, sebenarnya tidak banyak perbincangan tentang kekhawatiran terkait resesi ekonomi. Justru, banyak perbincangan yang berisi hal informatif terkait resesi. Banyak yang merasa bahwa Indonesia masih cukup aman. tak sedikit juga yang bilang agar tetap ‘memutarkan’ uang agar ekonomi tetap hidup, terutama di sektor UMKM.Selain itu banyak yang mengkritik influencer yang fear-mongering, menebar ketakutan akan resesi. Hanya ada 4,31% masyarakat yang memperbincangkan terkait ketakutan resesi di tahun depan.

Kesimpulan

Kita telah mengulas tentang ancaman resesi global di depan mata. Kita juga telah membahas bahwa resesi ini mengancam banyak negara, bukan hanya Indonesia. Kemudian kita juga menyadari beberapa negara G20 memiliki tingkat inflasi yang tinggi. Seperti yang tervisualisasikan dalam data di atas bahwa peluang tingkat risiko resesi di Indonesia masih relatif kecil karena fundamental perekonomian masih dapat dijaga, tetapi bukan berarti tidak ada alasan bagi kita untuk senantiasa berjaga-jaga atas kemungkinan buruk yang mungkin saja terjadi.

Melalui Visualisasi data di atas dapat memudahkan kita memahami isu resesi yang sedang hangat saat ini. Jika Anda tertarik mempelajari  data visualisasi dan pemanfaatannya lebih lanjut hingga berkarir di dunia data menjadi seorang data scientist handal, Anda dapat mengikuti Bootcamp Algoritma Data Science yang memiliki serangkaian program yang dapat membantu Anda menguasai dunia data di industri yang Anda minati. Yuk, bergabung bersama Algoritma sekarang!

TONI ANDREAS SUSANTO

Get Free Learning Resources

* indicates required
Insights

Bunga Dea Laraswati

Sr. Writer Algoritma Data Science School