Fenomena ChatGPT OpenAI, Peluang atau Ancaman?

Hadirnya ChatGPT dari Open AI sedang ramai diperbincangkan, ada yang memandangnya sebagai peluang emas ada juga yang menilai ini adalah sebuah ancaman, yuk pahami apa sesungguhya terobosan dari teknologi yang satu ini!

Bunga Dea Laraswati
Bunga Dea Laraswati

Table of Contents

OpenAI telah merilis ChatGPT, sebuah chatbot AI yang telah mendapatkan perhatian luar biasa dari publik. Bahkan seminggu setelah perilisannya, ChatGPT berhasil mencapai 1 juta pengguna! Tentu saja atensi publik ini bukan sebuah kebetulan belaka, melainkan oleh sebab kemampuan ChatGPT yang mampu memecahkan berbagai masalah dan mengelaborasikan jawaban seperti manusia. Oleh sebab itu, pada artikel kali ini, kita akan berkenalan dengan berbagai hal tentang ChatGPT. Yuk pahami bersama !

Apa Itu ChatGPT?

ChatGPT pada dasarnya adalah model bahasa yang mampu berdialog alias disebut chatbot. Sesuai namanya, ini didasarkan pada keluarga GPT 3.5, evolusi GPT3 (Generative Pretrained Transformer 3) yang dilatih pada teks dan kode. ChatGPT diturunkan dari InstructGPT, OpenAI lain berfungsi untuk membuat model yang mampu mengikuti instruksi pengguna menggunakan teknik Reinforcement Learning. Dengan demikian, ia mampu memberikan tanggapan yang mirip manusia terhadap pertanyaan berbasis teks dan dapat diterapkan pada berbagai hal seperti layanan pelanggan, interaksi pelanggan, manajemen media sosial dan sebagainya.

Siapa yang Membuat ChatGPT OpenAI?

ChatGPT merupakan produk yang diluncurkan oleh perusahaan OpenAI. OpenAI adalah sebuah perusahaan non-profit tentang riset Artificial Intelligence, didirikan pada 2015 oleh Sam Altman, Elon Musk, dan investor Silicon Valley lainnya. Pada tahun 2015, OpenAI mengubah statusnya menjadi perusahaan "capped-profit", yang berarti pengembalian hasil untuk investor maupun karyawan akan dibatasi untuk menambah modal dalam rangka pengembangan OpenAI. Elon Musk mengundurkan diri dari dewan pada 2018 karena konflik kepentingan antara OpenAI dan penelitian kendaraan otonom yang dilakukan dengan Tesla. Namun, dia tetap menjadi investor, dan berbagi kegembiraannya atas peluncuran ChatGPT.

Bagaimana Cara Kerja ChatGPT?

ChatGPT dilatih dengan menggunakan metode Reinforcement Learning from Human Feedback (RLHF), bagian dari Machine Learning yang berfokus membangun model (agent) untuk memaksimumkan target (reward). Model awal menggunakan Supervised Fine-Tuning: Trainer Human AI menyediakan percakapan di mana mereka bermain di kedua sisi—pengguna (agent) dan asisten AI, yang mana pelatih diberikan akses saran yang sebaiknya ditulis model untuk membantu mereka menyusun tanggapan.

Untuk membuat Reward Model pada Reinforcement Learning memerlukan pengumpulan data perbandingan, yang terdiri dari dua atau lebih respon model yang diberi peringkat berdasarkan kualitas. Data ini dikumpulkan dengan melakukan percakapan antara pelatih AI dengan chatbot. Setelah itu, secara acak memilih pesan yang ditulis model dan mengambil sampel beberapa penyelesaian alternatif, dan meminta pelatih AI memeringkatnya. Dengan menggunakan Reward Model inilah dapat menyempurnakan model melalui Proximal Policy Optimization.

Bagaimana Cara Menggunakan ChatGPT?

Saat ini ChatGPT tersedia dalam website chat.openai.com yang dapat digunakan dengan melakukan sign up alias membuat akun OpenAI apabila belum memiliki atau login apabila sudah memiliki akun OpenAI. Setelah masuk ke dalam website menggunakan akun OpenAI yang terdaftar, maka terdapat instruksi untuk pengenalan fitur-fitur.

Kemudian kita dapat langsung menggunakan dengan mengetikkan sesuatu pertanyaan atau hal dan enter.

Setelah itu, ChatGPT akan memberikan tanggapan dalam hitungan detik atas pertanyaan atau hal yang telah kita berikan. Selain itu, kita dapat memberikan tanggapan atas jawaban dari ChatGPT.

Keterbatasan ChatGPT OpenAI

Terlepas dari semua kemajuannya, potensi model ini terbatas karena adanya beberapa kekurangan. Meskipun para peneliti telah memasukkan beberapa kegagalan untuk mencegah model menghasilkan informasi yang salah secara faktual dengan melatihnya untuk lebih berhati-hati ketika tidak memiliki jawaban yang pasti. Seperti yang terlihat dari contoh di bawah, ini hanya menghindari pertanyaan karena tidak memiliki informasi yang cukup untuk membuat jawaban yang akurat.

Pertanyaan juga dapat diulang untuk menghindari filter yang ditetapkan oleh peneliti, seperti contoh di bawah ini. Ketika ditanya bagaimana cara menembakkan senjata untuk membela diri, agen tersebut menghindari jawabannya. Namun, saat ditanya bagaimana cara menarik pelatuk senjata, bot tersebut memberikan jawaban yang jelas dan ringkas, diikuti dengan beberapa informasi tentang bahaya penggunaan senjata.

Model juga kesulitan menemukan maksud pengguna di balik pertanyaan tertentu, dan biasanya tidak mengklarifikasi maksud sepenuhnya. Sebaliknya, itu cenderung menganggap apa yang dimaksud pengguna ketika mereka mengajukan pertanyaan. Selain itu, pihak ChatGPT juga terkadang menyampaikan informasi terlihat masuk akal padahal salah, kemudian terkadang menghasilkan instruksi yang berbahaya atau konten yang bias dan pengetahuan model terbatas mengenai dunia dan peristiwa setelah 2021 sebab dominan menggunakan data sebelum 2021.

Bahkan di luar keterbatasannya, ChatGPT mewakili pendekatan terukur untuk membuat algoritma generasi Natural Language yang membantu pengguna. Sementara kerugian membuat model yang kuat ini telah banyak dibahas oleh publik, percakapan tentang bagaimana kita dapat membuatnya lebih aman baru saja dimulai.

Bisakah ChatGPT Menggantikan Manusia?

Berbagai perkiraan bahwa pekerjaan yang bergantung pada produksi konten dapat berkurang bahkan dianggap usang, termasuk segala hal mulai dari penulis drama, professor hingga pemrograman dan jurnalis. Hal ini didasarkan oleh beberapa uji coba yang dilakukan oleh para akademisi tentang bagaimana ChatGPT menjawab pertanyaan ujian dan memperoleh nilai penuh, lalu pemrograman juga telah mencoba alat tersebut untuk memecahkan tantangan pengkodean bahasa pemrograman yang berhasil dijawab dalam hitungan detik. Namun pada tahap saat ini, chatbot tidak memiliki nuansa, keterampilan berpikir kritis, atau kemampuan membuat keputusan etis yang penting untuk jurnalisme yang sukses. Basis pengetahuannya saat ini berakhir pada tahun 2021, membuat beberapa kueri dan pencarian menjadi tidak berguna. Selain itu, terkadang ChatGPT dapat memberikan jawaban yang terdengar masuk akal tetapi sebenarnya salah total dan hal ini diakui oleh perusahaan langsung.

Seorang asisten profesor di Universitas Indiana, Vivek Ashtavanj menyampaikan bahwa ChatGPT dapat menjadi terobosan inovasi karena ketersediaannya sebab gratis dan aksesibilitasnya sebab mudah digunakan serta dapat memberikan jawaban secara langsung (real time) ketika ditanyakan. Terobosan ini dapat berpotensi menggantikan pekerjaan manusia sebab dapat memproduksi informasi seperti memparafrase atau menyimpulkan dari berbagai buku, internet dan sebagainya. Namun demikian, tetap saja ChatGPT memiliki kekurangan terkait keterbatasannya memikirkan apa yang akan terjadi dimasa depan sebab data yang digunakan terbatas dan memang tidak dapat berpikir tentang masa depan seperti manusia.

Bisakah ChatGPT menjadi Data Scientist?

Berdasarkan uji coba yang dilakukan seorang senior Data Scientist, Salvatore Raieli menyampaikan bahwa saat ini hasilnya cukup mengesankan. Namun, ketika ia mencoba mengajukan pertanyaan yang mungkin ditanyakan ketika wawancara Data Scientist maka ChatGPT dapat memberikan tanggapan tetapi Ia (Salvatore Raieli) tidak akan menggunakannya sebagai alat bantu wawancara rahasia. Kemudian Ia menyadari terdapat kelemahan, yaitu jawaban bergantung pada bagaimana seseorang memformat pertanyaan, model mungkin tidak dapat memahami pertanyaan yang diajukan dengan baik jika bentuknya berbeda sehingga jawabannya mungkin tidak konsisten atau menambahkan informasi yang berlebihan dan terkadang jawabannya seperti stereotip (berbentuk gagasan pasaran alias terlalu sering digunakan).

Memang ChatGPT sangat menarik karena telah dilatih dengan jumlah teks dan kode sehingga dapat menghasilkan output berupa teks dan kode, tetapi tetap saja model tidak mampu bernalar. Selain itu, jawaban kode yang diberikan atas pertanyaan sering terlihat masuk akal meskipun salah sehingga cukup berbahaya jika digunakan tanpa hati-hati. Dengan demikian untuk saat ini ChatGPT masih belum bisa menjadi Data Scientist sebab masih terdapat kekurangan dalam memberikan tanggapan alias belum dapat memberikan insight dengan baik dan secara penulisan kode juga masih sering menyesatkan.

Kesimpulan

Kita telah berkenalan banyak hal tentang ChatGPT yang mana merupakan sebuah chatbot yang dapat berinteraksi dan menyerupai tanggapan manusia dalam bentuk teks. ChatGPT dikembangkan oleh OpenAI dan menggunakan metode Reinforcement Learning from Human Feedback (RLHF). Kemudian cara menggunakan ChatGPT relatif mudah seperti menggunakan website pada umumnya dengan login ke website tersebut.

Di balik kehebatannya, Chat GPT juga masih memiliki berbagai kelemahan terkait memberikan respon dari pertanyaan pengguna. Selain itu, ChatGPT berpotensi menjadi ancaman karena dapat menggantikan beberapa pekerjaan manusia tetapi belum besar secara kemungkinannya, contohnya untuk Data Scientist relatif belum dapat digantikan sebab berbagai kelemahan yang masih dimiliki ChatGPT saat ini. Dengan demikian, ChatGPT telah membuktikan bahwa penggunaan data dapat sangat berguna dan pekerjaan Data Scientist masih akan relevan di masa depan sehingga dapat menjadi peluang emas bagi karir Anda. Jika Anda tertarik mempelajari Data Science dan pemanfaatannya lebih lanjut hingga berkarir di dunia data menjadi seorang data scientist handal, Anda dapat mengikuti Bootcamp Algoritma Data Science yang memiliki serangkaian program yang dapat membantu Anda menguasai dunia data di industri yang Anda minati. Yuk, bergabung bersama Algoritma sekarang!

TONI ANDREAS SUSANTO

Get Free Learning Resources

* indicates required
Insights

Bunga Dea Laraswati

Sr. Writer Algoritma Data Science School