Menelisik Masa Depan Industri Ritel di Dunia Metaverse
Mungkin dari kita sudah mengetahui bahwa raksasa teknologi yang dipimpin Mark Zuckerberg, yaitu Facebook telah mengubah nama perusahaannya menjadi Meta. Nama tersebut terinspirasi dari dunia Metaverse yang diperkirakan memiliki potensi yang besar bagi masyarakat dunia di masa depan. Namun demikian, pada artikel ini kita menelisik dunia Metaverse dalam konteks industri ritel di masa depan.
Sebelum kita membahas panjang lebar terkait hal tersebut, penting bagi kita untuk memahami terlebih dahulu apa sih Metaverse itu ? Metaverse dapat dipahami sebagai evolusi internet yang memungkinkan pengguna untuk beralih dari kegiatan menjelajah internet dalam website secara umum (browsing) ke merasakan pengalaman tinggal di dunia virtual yang mencakup spektrum dari dunia nyata kita ke dunia maya sepenuhnya.
Metaverse pada dasarnya adalah alam semesta digital (atau dunia) yang akan menampung pengalaman virtual kita. Dengan ini memungkinkan platform game, pembelian cryptocurrency, toko virtual dan banyak lagi untuk melakukan kegiatan di dalamnya. Pada kesempatan ini, kita akan membahasnya dalam konteks industri retail (pengecer) di masa depan!
Evolusi Metaverse
Sejak tahun 1970-an, Michael Aldrich menciptakan sistem pertama yang memungkinkan konsumen menghubungi bisnis melalui koneksi dari TV ke komputer pengecer melalui saluran telepon. Langkah yang dapat dikatakan awal menuju ritel online ini adalah proses yang mahal sebab tidak masuk akal secara finansial bagi sebagian besar pengecer dan ternyata tidak sukses besar atau efektif.
Setelah itu, perkembangan terbesar dan signifikan dalam ritel online mulai terjadi, tepatnya pada tahun 90-an ketika internet berkembang hingga dalam sekejap memiliki 10 juta pengguna “online”. Seperti yang kita tahu bersama, Jeff Bezos memanfaatkan kesempatan itu dan mendirikan Amazon yang dimulai sebagai perusahaan rintisan kecil yang menjual buku di Internet.
Melalui perkembangan ini, dunia menyaksikan perkembangan periklanan online yang membantu memonetisasi industri online hingga perusahaan pembayaran elektronik seperti PayPal untuk mempermudah transaksi online. Setelah itu, industri dengan cepat berkembang dari electronic-commerce (e-commerce), yang fokusnya berbasis internet dan biasanya di website menjadi mobile-commerce (m-commerce) sebagai akibat perkembangan perangkat seluler. Tentunya ini dapat memberikan benefit dalam industri retail sebab konsumen dapat menggunakan perangkat seluler mereka untuk membeli barang saat dalam perjalanan atau aktivitas lainnya.
Media sosial memainkan peran utama dengan menarik lebih banyak pengguna ke situs e-commerce dan m-commerce dengan iklan yang dipersonalisasi untuk setiap individu. Setiap perusahaan atau brand kemudian mengembangkan aplikasinya sendiri sebagai cara untuk berkomunikasi langsung dengan basis audiensnya, mendorong pesan untuk lebih melibatkan pelanggan sehingga menciptakan loyalitas perusahaan atau brand.
Setelah kemajuan dari internet telah begitu pesat ini mendorong kemajuan lainnya ketika manusia tidak hanya terlibat dalam transaksi online dan sebagainya yang sifatnya tidak langsung, melainkan merasakan langsung menjadi bagian dalam dunia virtual. Selain itu, melalui kemajuan teknologi terutama terkait Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) yang menjadi tonggak penting merealisasikan Metaverse yang lebih baik. Lebih dari itu, dengan adanya pandemi Covid-19, yang mana setiap orang melakukan kegiatan di rumah sehingga mendorong upaya memanfaatkan Metaverse dengan lebih masif.
Metaverse vs Belanja 2 Dimensi
Metaverse memberi konsumen lingkungan virtual yang imersif dan menarik sehingga memungkinkan pengalaman transaksi jual-beli yang unik bagi konsumen. Konsumen dapat berinteraksi dengan brand melalui pengalaman seperti permainan, kontes, dunia virtual, panggilan video langsung, dan eksplorasi produk dengan cara yang tidak mungkin dilakukan dalam lingkungan 2-D (hanya melalui tampilan smartphone dan sebagainya).
Pengalaman pelanggan berinteraksi dengan produk di Metaverse seperti “menggunakan” atau “mencoba” produk merupakan keuntungan bagi perusahaan sebab konsumen dapat lebih tertarik dan lebih diyakinkan untuk membeli produk tersebut.
Sifat menyenangkan dari toko virtual dapat membuat pengguna terlibat lebih lama dengan brand dan berbelanja lebih banyak. Faktanya, pengecer telah menemukan, berdasarkan data toko virtual Emperia, bahwa pengguna menghabiskan rata-rata 14 menit untuk berinteraksi dengan ruang pamer virtual, dibandingkan dengan 2 menit di toko 2-D.
Brand-brand besar seperti Dior, Ralph Lauren, Gucci, dan Bloomingdales pun menciptakan kehadiran yang kuat di metaverse, sehingga tidak mengherankan jika semua pihak termasuk jika pengecer atau retail sekarang berlomba untuk menghadirkan Metaverse mereka.
Keuntungan Para Pengecer Jika Berjualan di Metaverse
Ketika memanfaatkan Metaverse, pengecer e-commerce memiliki keuntungan untuk melacak produk apa yang disukai pengguna, penempatan produk apa yang paling efektif untuk penjualan, dan tata letak ruang apa yang paling berhasil—semuanya agar mereka dapat lebih memahami basis audiens mereka.
Metaverse juga dapat memberikan peluang untuk menyesuaikan pengalaman bagi demografi audiens mereka alias dipersonalisasi sehingga dapat berinvestasi langsung dalam loyalitas pelanggan saat ini dan masa mendatang. Metaverse melambungkan industri ritel ke era belanja baru yang tentunya akan mengubah ritel, memberikan peluang tak terbatas untuk masa depan, membawa pengecer ke wilayah baru dan memasukkan brand mereka ke hampir semua rumah sebagai akibat kemudahan dalam dunia virtual yang dengan mudah terhubung melalui internet.
Kesimpulan
Kita telah mengenal banyak hal terkait dunia Metaverse, sebuah dunia virtual yang dapat memberikan pengalaman langsung bagi pengguna. Kita juga sudah berkenalan dengan evolusi Metaverse yang mulai dari terhubung melalui saluran telepon, kemudian perkembangan besar, yaitu internet hingga dorongan kemajuan teknologi dan kondisi pandemi Covid-19 yang mengakselerasi kemajuan dalam Metaverse.
Setelah itu, kita juga berkenalan dengan Metaverse versus belanja 2 Dimensi, yang mana Metaverse lebih memberikan pengalaman menarik bagi konsumen sehingga mendorong peningkatan interaksi dan alhasil meningkatkan potensi penjualan. Pada bagian terakhir kita juga membahas keuntungan para pengecer jika berjualan di Metaverse yang intinya adalah lebih memahami basis audiens dan memberikan peluang tak terbatas untuk masa depan.
Metaverse dapat menyediakan berbagai data yang dapat membantu memahami basis audiens dan memberikan benefit lainnya, apabila perusahaan dapat mengolah data tersebut dalam rangka menghasilkan insight bagi pembuatan keputusan atau strategi bisnis yang tepat. Tentunya bukan hanya industri retail yang membutuhkan data dan pemanfaatannya, setiap industri membutuhkannya untuk memenangkan hati konsumen dan menjadi unggul di tengah kompetisi yang semakin ketat.
Jika Anda tertarik mempelajari Data dan pemanfaatannya lebih lanjut hingga berkarir di dunia data menjadi seorang Data Scientist handal, Anda dapat mengikuti Bootcamp Algoritma DataScience yang memiliki serangkaian program yang dapat membantu Anda menguasai dunia data di industri yang Anda minati. Yuk, bergabung bersama Algoritma sekarang!