Manfaat Visualisasi Data dalam Industri Penyiaran

Seiring semakin canggihnya teknologi, skill visualisasi data kini menjadi salah satu alat komunikasi modern bagi semua bentuk industri, termasuk industri media.

Visualisasi data merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk berkomunikasi, menggunakan  objek visual seperti titik, garis, batang, pie, dan bentuk grafik lainnya.

Penggunaan visualisasi data dalam industri penyiaran sangatlah penting untuk mengkomunikasikan penalaran pada data yang kompleks. Dengan visualisasi data, Anda dapat mengidentifikasi area bisnis yang membutuhkan perhatian dan peningkatan.

Kini banyak televisi-televisi swasta bermunculan di Indonesia dengan beragam sajian tayangan, baik karya dari anak bangsa hingga impor dari luar negeri. Salah satu yang menjamur  adalah penayangan drama dari negara ginseng, Korea Selatan, atau yang akrab disebut dengan K-Drama.

Pertumbuhan Ekonomi Korea dari Drama Korea saat Pandemi

Menonton drama Korea (K-Drama atau drakor) menjadi aktivitas yang dipilih oleh banyak masyarakat Indonesia, terutama saat Covid-19 melanda. Penggemar K-Drama dalam setahun terakhir ini meningkat dengan bertambahnya layanan streaming seperti Netflix dan Viu yang memudahkan masyarakat untuk menonton K-Drama.

Hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan 842 dari 924 responden atau setara 91,1% menonton drama Korea selama wabah Covid-19. Jumlah ini meningkat 3,3% dari sebelum pandemi. Faktanya, 8% responden mengatakan bahwa mereka adalah penonton baru. Berdasarkan jenis kelamin, 92,6% penonton adalah perempuan.

Dari seluruh responden yang mengaku menonton drama Korea, 41,3% di antaranya mengaku melakukannya lebih dari enam kali dalam seminggu. Waktu menonton juga meningkat dari rata-rata 2,7 jam per hari sebelum pandemi, menjadi 4,6 jam.

Survei ini dilakukan pada April 2020 atau saat pandemi baru berjalan sebulan di negeri ini. Saat itu, drama Korea yang paling laris di pasaran adalah The World of The Married Couple yang menceritakan tentang keretakan rumah tangga Lee Tae Oh dan Ji Sun Woo akibat perselingkuhan. Viu di situs resminya mencatat bahwa serial ini dinikmati oleh 55% dari total penonton saat masih bergulir.

Judul-judul drama Korea lainnya pun terus bermunculan. Salah satu drama yang paling populer adalah Start-Up, yang menceritakan kisah Nam Do-San muda yang mencoba memulai sebuah startup dan akhirnya terjebak dalam cinta segitiga dengan Seo-Dal Mi dan Han-Ji Pyeong.

Analisis percakapan di Twitter menggunakan Socialbearing pada 27 November 2020, menunjukkan adanya 730 tweet dengan kata kunci "drama start-up" dalam rentang satu jam antara pukul 21.00-22.00 WIB.

Peningkatan penonton drama Korea tidak lepas dari masyarakat Indonesia yang lebih aktif secara virtual di masa pandemi Covid-19. Survei Alvara menunjukkan bahwa 82,7% responden menghabiskan waktu di media sosial, 75,1% menjelajahi internet, dan 57,8% menonton film.

Khusus untuk menonton film, survei Litbang Kompas menunjukkan bahwa 31% responden melakukannya melalui situs yang menyediakan konten gratis. Sementara itu, 11,4% menontonnya melalui penyedia VOD berbayar, seperti Iflix, Netflix, dan Viu. Dua yang terakhir disebut-sebut sangat aktif menayangkan drama Korea, sebagai bagian dari strategi pemasaran mereka.

Sejak akhir 2019, Netflix telah meningkatkan investasinya di Korea Selatan dan telah bermitra dengan studio besar seperti CJ E&M dan JTBC. Lebih dari 70 acara yang dibuat oleh kreator lokal di Negeri Ginseng telah dirilis sebagai konten asli dan tersedia dalam 31 bahasa subtitle. Salah satunya berjudul Extracurricular yang bercerita tentang prostitusi remaja.

Viu melakukan hal yang sama dengan bekerja sama dengan SBS dan KBS melalui Wavve, CJ ENM, dan JTBC Juli lalu. “Investasi kami mencakup konten pan-regional teratas, dari Parasite hingga produksi Viu asli,” kata Managing Director PCCW Media Group Janice Lee pada bulan Juni 2020.

Menurut PricewaterhouseCoopers (PwC), pendapatan kotor film (box office) layanan VOD tiga kali lipat pada tahun 2015. Namun, SVOD diperkirakan akan menggeser posisi box office pada tahun 2020 dan terus tumbuh selama lima tahun ke depan.

Drama merupakan salah satu produk media dan hiburan Korea Selatan, menurut Eun-song Bae dkk dalam penelitian yang berjudul The Effect of Hallyu on Tourism in Korea. Fenomena ini tercermin dalam istilah "Korean Wave (Hallyu)" yang berarti budaya pop Korea yang menyebar dan mendapatkan tempat di pasar global. Sepanjang 2018, Korea Selatan tercatat menguasai 2,7% pasar media dan hiburan global, menempati posisi kedelapan tepat di bawah Brasil. Hal ini tidak terlepas dari dukungan pemerintah terhadap industri media dan hiburan dengan berbagai kebijakan dan membentuk Korea Creative Content Agency (KOCCA).

KOCCA bertugas mempromosikan industri media dan hiburan yang  terintegrasi dengan Korean Broadcasting Institute, Content and Culture Agency, dan Korean Game Agency. Hal inilah yang membuat ekosistem media dan hiburan di Korea Selatan sangat kuat dan dapat menjangkau pasar global.

Nilai ekspor industri kreatif Korea Selatan terus meningkat dari waktu ke waktu. Dari tahun 2014 hingga 2018, terjadi peningkatan hingga 81,2% dari US$ 5,3 miliar atau Rp. 74,8 triliun menjadi US$ 9,6 miliar atau Rp. 135,4 triliun (kurs Rp 14.100/USD).

Sementara itu, penjualan tahunan industri media dan hiburan pada 2018 sebesar 13,9 triliun won hingga 21,1 triliun won. Nominalnya sama dengan Rp. 178,3 triliun menjadi Rp. 270,1 triliun (kurs Rp 12,8/KRW). Pada 2005-2014, Indonesia termasuk dalam mitra ekspor terbesar Korea Selatan. Nilai ekspor media dan hiburan Korea Selatan ke negara itu hampir empat kali lipat dalam satu dekade. Pada 2005 tercatat US$ 90,5 juta atau Rp. 1,3 triliun dengan kurs Rp. 14.100/USD. Angka tersebut meningkat menjadi US$ 340,4 juta atau setara Rp 4,8 triliun pada 2018.

Kesimpulan

Berkaca dari tren menonton drama Korea yang semakin meningkat di Tanah Air selama masa pandemi Covid-19, bukan tidak mungkin nilai ekspor sektor media dan hiburan Korea Selatan terus melambung tinggi. Hal ini sekaligus menjadikan negara ini sebagai pasar potensial bagi Korea Selatan.

Namun, Indonesia seharusnya tidak hanya menjadi pasar hiburan dan media Korea Selatan. Sebaliknya, kita bisa mengambil pelajaran dari mereka untuk mengembangkan potensi industri media dan hiburan dalam negeri, bahkan mengekspornya ke negara lain. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah melalui visualisasi data seperti di atas.

Dewasa ini, perusahaan-perusahaan di berbagai domain industri bersedia merekam interaksi pengguna terhadap produk atau layanan mereka agar dapat mengidentifikasi tren, pola, dan apapun untuk mendapatkan insight tentang target pasar mereka.

Itulah pentingnya menguasai data science di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat. Ingin mempelajari data science lebih dalam, bergabunglah bersama Algoritma Data Science School. Kurikulum lengkap dengan pengajar ahli bersertifikasi internasional.

Tafia Alifianty Dinita Putri

Get Free Learning Resources

* indicates required
Email Address *
First Name *