Menelisik Data Industri Perfilman di Indonesia dan Perkembangannya

Analisis data dapat digunakan untuk meraih kesuksesan sebuah film. 20th Century Fox telah menggunakan model machine learning untuk mengidentifikasi jenis film yang ingin dilihat penonton. Berikut data industri perfilman indonesia yang bermanfaat untuk movie maker!

Bunga Dea Laraswati
Bunga Dea Laraswati

Table of Contents

Perfilman Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Proyeksi film indonesia pertama muncul pada masa kolonial, yang mana film-film tersebut terbatas hanya dapat ditonton oleh orang-orang Eropa dan Amerika.

Produksi Film di Indonesia

Laporan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan ada sebanyak 3.423 produksi film di Indonesia pada 2020. Tercatat, produksi iklan merupakan yang terbanyak mencapai 1.762 produksi atau sekitar 51,47% dari total produksi film dalam negeri. Jumlah produksi Film serial televisi terbanyak kedua selama 2020. Jumlahnya mencapai 929 produksi. Sebanyak 289 film layar lebar diproduksi di tanah air pada 2020. Kemudian, ada 206 film pendek yang diproduksi di Indonesia. Ada pula sebanyak 168 film dokumenter yang diproduksi pada tahun 2020. Terakhir, sebanyak 69 film animasi karya tanah air diproduksi sepanjang 2020.

Industri perfilman merupakan salah satu subsektor yang memberikan kontribusi signifikan kepada negara. Pada 2019, sumbangan film terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) RI mencapai Rp 15 triliun.

Pertumbuhan Layar dan Bioskop Indonesia Tersendat Pandemi

Industri perfilman nasional salah satu yang terdampak pandemi Covid-19. Menurut laporan filmindonesia.or.id (FI), laju pertumbuhan layar dan bioskop pada 2020 melambat. Jumlah layar hanya naik 1,7% menjadi 2.145 layar dan bioskop bertambah 1,8% menjadi 517 bioskop. Sebelumnya, Industri perfilman di tanah air memiliki 1.330 layar dan 313 bioskop pada 2016.  Pertumbuhan jumlah layar dan bioskop tertinggi terjadi pada 2018. Kala itu, industri perfilman sanggup menambah 17,8% layar dan 19,8% bioskop. Sehingga terdapat 1.824 layar dan 430 bioskop pada tahun tersebut.

Berapa Jumlah Gedung dan Layar Bioskop di Indonesia?

Gedung dan layar bioskop di Indonesia hingga Desember 2018 masing-masing mencapai 343 bioskop dan 1.756 layar. Dari jumlah itu, Cinema 21 menguasai lebih dari setengahnya, yakni 186 bioskop (54,2 persen) dan 1.024 layar (58,3 persen). Meski begitu, jaringan bioskop lain terus tumbuh, seperti CGV (54 bioskop dan 331 layar) dan Cinemaxx (48 bioskop dan 239 layar). Keduanya berekspansi ke kota-kota di luar ibu kota provinsi yang belum tersentuh Cinema 21. Selain itu, sejumlah jaringan baru muncul dan menjadi alternatif lain bagi para penonton. Ada New Star Cineplex, Independen, Platinum Cineplex, Dakota Cinema, Movimax, Flix Cinema, dan Golden Theater. Berdasarkan laporan filmindonesia.or.id dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), jumlah gedung dan layar bioskop pada 2018 meningkat sebesar 136,5 persen dan 188,3 persen sejak 2012.

Mayoritas Komunitas Film Indonesia Ada di Jawa

Pulau Jawa masih menjadi episentrum komunitas film Indonesia. Setidaknya terdapat 93 komunitas film di pulau ini hingga 2018. Mayoritas komunitas berada di Jawa Barat sebanyak 35 komunitas, ditambah Yogyakarta yang terdapat 20 komunitas. Selain itu, Maluku menyusul dengan 21 komunitas film Indonesia pada 2018. Sumatra mengikuti dengan empat komunitas. Kalimantan dan Sulawesi memiliki jumlah terendah, masing-masing dua komunitas. Komunitas film merupakan gerakan akar rumput yang tak berafiliasi dengan pemerintah, tak komersial, dan kebanyakan basisnya bersumber dari perguruan tinggi. Banyak orang yang berkumpul untuk berdiskusi, memproduksi, dan melakukan pemutaran film, seperti dikutip dari laporan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia dan Badan Perfilman Indonesia.

KKN Desa Penari, Film Horor Terlaris di Indonesia

Sejak penayangannya pertama kali pada 30 April 2022, film KKN Desa Penari sudah ditonton 4,62 juta penonton bioskop menurut data Film Indonesia. Raihan tersebut mencatatkan KKN Desa Penari sebagai film horor Indonesia terlaris dengan jumlah penonton paling banyak sejak 2007. Film Pengabdi Setan berada di peringkat kedua dalam daftar. Film horor garapan Joko Anwar ini berhasil menarik 4,21 juta penonton bioskop. Selanjutnya, film remake Suzzanna: Bernapas dalam Kubur berada di posisi ketiga dengan 3,35 juta penonton. Luna Maya berperan sebagai aktris legendaris Suzzanna dalam film ini. Film horor terlaris keempat adalah Danur: I Can See Ghosts dengan 2,74 juta penonton. Film ini disebut diambil dari kisah yang dialami oleh Risa Saraswati yang juga memiliki saluran Youtube Jurnal Risa.

Sekuel Danur, Danur 2: Maddah berada di peringkat kelima dengan 2,57 juta penonton. Film ini dirilis setahun setelah Danur pertama pada 2018.

Film horor Indonesia KKN di Desa Penari belakangan ini tengah menjadi perbincangan dan menjadi sorotan publik. Bagaimana tidak, film ini sangat laris manis hingga meraup sebanyak 8,5 juta penonton sejak debut rilis pada 30 April 2022 hingga 30 Mei 2022.

KKN di Desa Penari pun menyabet julukan sebagai film horor Indonesia terlaris sepanjang masa. Bahkan menyalip film Warkop DKI Reborn Part 1 (2016) yang sebelumnya mendapatkan julukan tersebut.

Genre yang Mendominasi Pemutaran Film di Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama tahun 2020 pemutaran film di bioskop Indonesia didominasi oleh film bergenre action. Persentasenya sebesar 21,83% dari seluruh pemutaran film pada tahun itu, turun dibandingkan pada 2019 yang mencapai 22,49%. Pemutaran film dengan genre drama menempati posisi kedua dengan persentase pemutaran film sebesar 19,76%. Kemudian, persentase pemutaran film bergenre horror sebesar 17,26%. Sebanyak 11,01% pemutaran film merupakan genre komedi. Lalu, pemutaran film bergenre fantasi dan thriller masing-masing 8,18% dan 8,02%. Genre lainnya yang juga sering ditayangkan di bioskop Indonesia pada 2020, yaitu animasi 7,68%, religi 4,24%, dan genre lainnya 1,96%.

Jika dirinci berdasarkan pulau, bioskop di Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi cenderung lebih banyak memutar film bergenre action, dengan persentase berturut-turut 21,41%, 29,67%, dan 24,7%. Begitu pula di kawasan Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua dengan persentase 25,55%. Sedangkan, bioskop di Pulau Sumatera cenderung paling banyak memutar film bergenre drama sebesar 22,3%.

Kesimpulan

Analisis data dapat digunakan sedini mungkin sebagai langkah awal untuk sebuah film meraih kesuksesan. Dalam beberapa tahun terakhir, studio film terkemuka 20th Century Fox telah mengungkapkan bahwa mereka menggunakan model machine learning untuk mengidentifikasi jenis film yang ingin dilihat penonton, dan menggunakan hasilnya untuk memandu pembelian skripnya.

Seperti yang dijelaskan oleh festival film independen Raindance, analisis data tidak perlu mahal, dan pembuat film dengan anggaran lebih rendah dapat menemukan sejumlah besar big data yang tersedia secara gratis secara online. Tidak lama lagi, industri perfilman akan mulai melihat analytic tools yang berguna seperti pengoptimal budgeting dan scheduling yang dikembangkan secara khusus untuk produser film independen. Hal ini akan membuka pintu bagi audiens yang lebih luas dan berpotensi untuk lebih sukses.

Ingin mempelajari analisis data? Yuk, bergabung bersama Algoritma Data Science School, dibimbing langsung oleh instruktur bersertifikasi internasional dan kurikulum yang mudah di pahami oleh pemula!

Tafia Alifianty

Get Free Learning Resources

* indicates required



Insights

Bunga Dea Laraswati

Sr. Writer Algoritma Data Science School