Menelusuri Fenomena Gelombang PHK pada Industri Teknologi dengan Data

Di tengah ramainya gelombang PHK di Tech Industry, data bisa menjadi penyelamat untuk menentukan langkah terbaik bagi perusahaan. Simak penjabaran fenomena gelombang PHK beserta data-datanya berikut ini!

Bunga Dea Laraswati
Bunga Dea Laraswati

Table of Contents

Dalam perjalanan suatu bisnis, data menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan. Keberadaan data dan pengolahannya untuk keperluan analisis bisnis atau yang biasa disebut dengan business intelligence (BI), berperan penting dalam menentukan setiap langkah yang diambil dalam proses bisnis suatu perusahaan.

Perusahaan-perusahaan teknologi di AS kini sedang dihadapkan pada situasi di mana mereka perlu mengambil berbagai langkah efisiensi, salah satunya, memberlakukan layoff (PHK) terhadap karyawannya dalam jumlah besar. Hal ini berkaitan dengan kondisi sektor startup teknologi di AS yang memang sedang mengalami kontraksi. Mulai dari harga saham perusahaan-perusahaan teknologi yang terperosok cukup dalam, hingga venture capital (VC) yang memberhentikan penempatan dana mereka, menjadi dua di antara banyak pemicu terjadinya fenomena gelombang PHK yang cukup masif di sektor ini.

Di sini data dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam visualisasi. Visualisasi ini dapat memberikan gambaran lebih jelas bagi perusahaan terkait bagaimana kondisi umum yang terjadi saat ini, yang kemudian dapat menjadi salah satu acuan dalam menentukan langkah yang perlu diambil perusahaan dalam proses bisnisnya.

Tren Lay-Off pada US Tech Company

Menurut data layoffs.fyi sejak awal 2022, setidaknya tercatat 64 perusahaan teknologi di AS telah mem-PHK ribuan karyawan, lebih dari dua kali lipat jumlah perusahaan yang melakukan PHK pada periode yang sama tahun sebelumnya. Lay-off terbesar sepanjang tahun ini tercatat oleh Better.com, perusahaan hipotek online. Kemudian Peloton, yang menawarkan aplikasi kebugaran di rumah yang naik daun selama pandemi namun justru kehilangan daya tarik saat pandemi surut.

Better.com tercatat memulangkan 3.000 karyawan, atau 33 persen dari total tenaga kerjanya, pada bulan Maret, setelah sebelumnya perusahaan ini juga banyak dibicarakan karena mem-PHK 900 karyawannya via Zoom tepat sebelum natal tahun lalu. Sementara Peloton melepas 2.800 karyawan, atau 20 persen dari total tenaga kerjanya, pada bulan Februari, dengan alasan penurunan pada revenue perusahaan.

Better.com dan Peloton merupakan dua di antara sekian banyak perusahaan di sektor teknologi yang melakukan PHK terhadap karyawannya. Sepanjang Mei 2022 sendiri tercatat setidaknya ada 36 perusahaan yang melakukan hal serupa, berikut beberapa di antaranya dengan angka PHK tertinggi

  • Carvana, perusahaan retail mobil online, melepas sekitar 12 persen dari total tenaga kerjanya atau sekitar 2.500 karyawan
  • Doma, perusahaan di bidang jasa Hak Properti digital, gagal meraih profit di kuartal I 2022 sehingga melepas 310 karyawan, sekitar 15 persen dari total tenaga kerja
  • Vroom, salah satu perusahaan kompetitor Carvana dan bergerak di bidang yang sama, melepas sekitar 270 karyawan atau 14% dari total tenaga kerjanya
  • Netflix, perusahaan media berbasis streaming online yang sangat populer di seluruh dunia kehilangan 200.000 subscribers pada kuartal I 2022, dan melepas sekitar 150 karyawan atau 1 persen dari total tenaga kerjanya.

Dari daftar tersebut dapat dilihat perusahaan-perusahaan teknologi yang bergerak di bidang transportasi mendominasi dengan mencatatkan angka PHK karyawan yang cukup besar. Lalu, bagaimana sesungguhnya proporsi sebaran jumlah PHK dari tiap-tiap sektor usaha pada industri teknologi AS sendiri?

Berdasarkan data sepanjang tahun 2022 di AS menunjukkan bahwa startup di sektor transportasi menyumbang angka PHK tertinggi dibanding sektor-sektor usaha lainnya, yakni sebanyak 3.731 tenaga kerja telah ter-PHK. Hal ini cukup mengindikasikan dampak pergeseran pasar pasca pandemi yang terjadi di mana orang-orang mulai kembali menggunakan transportasi umum/publik dan membuat demand dari pemesanan transportasi via online juga menurun, yang membuat perusahaan-perusahaan melakukan sejumlah penyesuaian dan efisiensi. Dari sektor transportasi kemudian diikuti juga oleh sektor real estate, fitness, dan finance yang masing-masing menyumbang angka PHK lebih dari 1.500 tenaga kerja sepanjang tahun 2022.

Mengapa Fenomena Ini Bisa Terjadi?

Gelombang PHK yang melanda perusahaan teknologi besar maupun kecil di AS dalam beberapa bulan terakhir disebabkan oleh beberapa alasan seperti kenaikan biaya tenaga kerja, faktor makroekonomi seperti inflasi, dan perlambatan bisnis serta kekurangan dana di pasar swasta maupun publik.

Seperti diketahui, industri teknologi merupakan salah satu sektor yang bertumbuh sangat cepat pada masa pandemi. Pemberlakuan karantina, ketika kantor tutup dan orang-orang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, membuat permintaan meledak.

Investor berbondong-bondong membeli saham dan menyuntikkan dana. Perusahaan-perusahaan menambah muatan tenaga kerjanya untuk meladeni permintaan yang melonjak. Namun, kini perusahaan-perusahaan tersebut dihadapkan pada pergeseran perilaku pasar yang mulai kembali pada aktivitas normal dan membuat mereka harus mengambil langkah yang cukup serius untuk keberlangsungan bisnisnya.

Selain itu, perusahaan-perusahaan pemodal ventura juga tampaknya mulai menilai kembali strategi mereka secara keseluruhan karena ekonomi AS yang saat ini sedang berkontraksi. Melansir Fastcompany, pendanaan ventura turun 13 persen (kuartal-ke-kuartal) selama tiga bulan pertama tahun 2022.

Dampak pergeseran pasar dan penurunan modal ini juga nampaknya dirasakan bukan hanya oleh perusahaan-perusahaan teknologi di AS, hal ini ditunjukkan oleh fenomena gelombang PHK yang dilakukan perusahaan-perusahaan teknologi mulai menyebar ke berbagai belahan negara di dunia.

Seperti salah satu perusahaan startup di bidang makanan dari Turki, yang merumahkan sebanyak 4.480 karyawan atau sekitar 14 persen dari total tenaga kerjanya. Lalu dari India, startup edukasi yang populer hingga mancanegara seperti Unacademy dan Vedantu juga memangkas jumlah tenaga kerjanya sampai lebih dari 1.000 orang.

Bagaimana dengan Indonesia?

Tidak terkecuali di Indonesia, guncangan ekonomi makro beberapa bulan terakhir juga mulai membuat perusahaan-perusahaan teknologi mengambil langkah-langkah efisiensi. Baru-baru ini, startup di bidang edukasi, Zenius Education, memulangkan sebanyak 200 lebih karyawannya, berdasarkan laporan Kumparan.

Melansir portal yang sama, di sektor fintech, Linkaja juga dilaporkan memberlakukan PHK terhadap 200 orang lebih karyawan, atau sekitar 33 persen dari total tenaga kerjanya dengan menyebut reorganisasi sumber daya manusia (SDM) sebagai alasan.

Selain itu, data crowd-source yang dihimpun oleh Ecommurz, tercatat setidaknya sebanyak 323 tenaga kerja mengalami PHK dari kurun waktu akhir 2021 hingga pertengahan 2022 dengan didominasi karyawan dari perusahaan teknologi.

Dapat dilihat dua di antara startup edukasi termasuk dalam daftar. Perusahaan-perusahaan edukasi online tersebut saat ini memang dinilai sedang merasakan guncangan diakibatkan mulai dari sistem pembelajaran baik di sekolah-sekolah maupun sarana-sarana bimbingan belajar yang mulai membuka kembali pertemuan tatap muka, hingga masalah pendanaan investor, sehingga perusahaan perlu melakukan mekanisme efisiensi.

Kesimpulan

Situasi pasca pandemi yang mulai menggeser perilaku pasar dan juga faktor makroekonomi yang bergejolak, membuat perusahaan-perusahaan teknologi di AS memerlukan pivot yang serius dalam bisnis mereka. Salah satunya, dengan memangkas jumlah karyawan hingga menunda proses rekrutmen untuk jangka waktu yang cukup lama. Fenomena yang sama mulai merambat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan teknologi di berbagai belahan dunia lain sehingga menjadikan ini sebagai suatu fenomena global.

Visualisasi dalam bentuk pemetaan perusahaan-perusahaan mana saja yang mengalami kondisi serupa, seperti apa sebaran sektor usahanya, hingga bagaimana kondisi di negara lain, dapat memberikan gambaran dan penjelasan kepada perusahaan terkait posisinya pada tren yang sedang berlangsung, sehingga kemudian mereka dapat menentukan langkah apa yang perlu diambil dalam proses bisnisnya. Ini menunjukkan salah satu peran pemanfaatan data dalam keberlangsungan suatu bisnis.

Algoritma Data Science School menawarkan penguasaan skill data science bagi individu hingga level korporasi lewat penyampaian teori dan praktik di kelas yang dipadukan dengan berbagai studi kasus. Segera daftarkan diri Anda atau perusahaan Anda!

Raka B. Lubis

Get Free Learning Resources

* indicates required


Insights

Bunga Dea Laraswati

Sr. Writer Algoritma Data Science School